Sebagian besar dari kita para gadis
bermimpi tentang suatu hari yang sangat istimewa, dimana kita semua
membayangkan diri sebagai pengantin, mengenakan gaun putih lembut, dikelilingi
oleh bunga, dan pipi kita merona karena ratusan mata yang mengikuti langkah
kita.
Ya! Ini adalah hari pernikahan.
Ketika kita masih muda, kita barangkali sering menonton film
Disney. Dan saya yakin sebagian besar dari kita terisak bahagia ketika melihat
bagaimana perjuangan sang pangeran dan sang putri dalam mengatasi semua
kesulitan dan kejahatan, untuk kemudian bisa bersama satu sama lain dalam menjalani
pernikahan seumur hidup.
Tapi, apa yang terjadi selanjutnya?
Apakah kita melihat bagaimana Cinderella yang mampu mengelola argumen dia
dengan sang pangeran tentang cara mengatur sofa di depan TV ? Atau bagaimana
Belle akan mampu menyeimbangkan antara pekerjaan dan rumah jika dia memutuskan
untuk mengejar karir? Bagaimana dengan keterampilan memasak si Putri
Salju? Sayangnya, film putri tidak mempersiapkan kepada kita tentang apa
yang terjadi setelah acara gaun putih. Berikut ini ada beberapa hal yang dimana
saya telah belajar beberapa keistimewaan dan kesulitan selama pernikahan
yang saya ingin berbagi dengan Anda.
Seni Memasak
Ya , saya bisa merebus telur , dan
membuat secangkir teh, dan semua hal-hal penting lainnya bisa saya dapatkan
dengan mudah jika kita sudah melalui peran kita sebagai koki di rumah baru
kita, begitu barangkali pikir Anda. Namun, kenyataannya tidak semudah itu.
Jangan menunggu sampai Anda kebingungan, berdiri di depan kompor di rumah baru
Anda, dan bertanya-tanya bagaimana cara memasak daging ini? Atau,
bagaimana cara menggoreng agar tidak lengket, atau bagaimana cara memasak nasi
yang pas – tidak lembek tidak keras?
Saya benar-benar ingin memberikan
saran kepada Anda untuk memulai pelajaran memasak Anda dari sekarang, sebelum
Anda menikah. Berdirilah disamping ibumu, kakakmu, tantemu, atau siapapun, saat
mereka memasak. Buatlah catatan penting tentang resep-resep makanan yang mereka
masak. Pergilah ke toko alat tulis dan belilah buku catatan kecil dan tulislah
beberapa resep memasak , dan jadikan buku catatan tersebut sebagai teman
terbaik Anda. Atau setiap kali Anda diundang untuk makan malam di rumah
seseorang, dan jika Anda benar-benar menyukai salah satu hidangan, jangan malu
untuk meminta resepnya. Ya, jangan malu! Karena Ini akan benar-benar berguna
bagi Anda ketika Anda sudah menikah, lebih dari yang Anda tahu!
“Tapi bagaimana jika suatu saat
setelah menikah saya merasa dia tidak suka masakan saya?”
Kalau begitu, tanyakan kepadanya.
Sebagian suami tidak menunggu Anda untuk bertanya dan akhirnya berseru pendapat
karena perbedaan selera makanan, yang mana hal ini bisa menjadi sesuatu yang
negatif. Dan apabila suami Anda memberi masukan terhadap masakan Anda,jangan
terlalu sensitif. Gunakan kritikannya sebagai kritik konstruktif, bukannya
dengan menangis tersedu-sedu di tengah malam. Jangan keras pada diri sendiri,
Anda masih belajar, dan itu akan memakan waktu cukup lama sampai Anda memahami
semua preferensi. Jadi tanyakan padanya apa yang dia inginkan untuk makan malam
hari ini, dan apa yang paling dia suka? Anda akan terkejut , tapi ia bisa
memiliki beberapa rekomendasi yang baik.
“Ahh , saya baru saja melukai jari
saya!”
Itu tidak apa-apa. Hal ini sering
terjadi. Saat Anda belajar memasak barangkali akan terkena luka bakar,
atu bahkan memar. Pada hari pertama saya memasak, saya berakhir dengan
dua luka di masing-masing ibu jari saya. Tapi, sejak saat itu saya melakukannya
lebih hati-hati. Jadi jangan menyerah pada diri sendiri atu bahkan merusak
kemampuan Anda. Jangan menyerah hanya dengan beberapa luka ringan di awal
pelajaran memasak.
Rumah vs Karir
Saya di sini bukan untuk membahas
pilihan Anda memutuskan untuk bekerja atau tidak , karena itu adalah keputusan
yang Anda buat sendiri setelah berkonsultasi dengan suami Anda. Namun, sebagian
dari kita mungkin sudah memiliki karier, atau memutuskan untuk mulai bekerja
setelah menikah. Ini merupakan kesempatan bagi Anda untuk menambah nilai bagi
masyarakat dan mengejar impian Anda , namun jangan lupa bahwa Allah Subhanahu
Wata’ala telah menetapkan kewajiban bagi Anda sebagai istri untuk merawat
suami dan rumah. Sama seperti Allah Subhanahu Wata’ala telah menetapkan
kewajiban untuk suami Anda yang berkaitan dengan menyediakan makanan, tempat
tinggal, dan pakaian untuk Anda. Jadi, penting untuk selalu diingat bahwa tak
satu pun dari Anda harus tertinggal dalam peran-peran yang Allah Subhanahu
Wata’ala telah ditetapkan untuk masing-masing.
Di awal pernikahan, itu bisa sangat
sulit jika Anda memutuskan untuk bekerja penuh waktu selama sembilan jam,
dan pada saat yang sama Anda harus melakukan beberapa pekerjaan rumah seperti
mencuci baju, memasak dan membersihkan rumah, dan jika Anda tidak memiliki
pembantu, Anda akan menyadari bahwa hal itu cukup melelahkan.
Namun, apabila sampai hal itu
terjadi , saran saya adalah : jika Anda memutuskan untuk bekerja dalam beberapa
bulan pertama, atau setahun menikah, cobalah untuk menemukan pekerjaan dengan
jam kerja yang cocok untuk memiliki kehidupan yang seimbang antara tugas-tugas
Anda sebagai istri dan kehidupan karir Anda.
Anda memiliki teman sekamar baru
Rasanya aneh bahwa setelah seumur
hidup Anda bersama dengan keluarga Anda, Anda sekarang akan hidup dengan orang
baru. Ini menarik, dan sedikit menakutkan. Tetapi yang paling penting adalah
hal itu akan terasa berbeda. Pasangan Anda juga telah menjalani gaya hidup
tertentu dalam kehidupan sebelum pernikahannya, dan Anda akan menyaksikan
banyak hal dari pasangan Anda yang tidak sesuai dan Anda akan melihatnya setiap
saat. Beberapa hal yang mungkin tampak aneh, membuat frustrasi, atau
menjengkelkan, tetapi Anda harus mengerti bahwa dia juga merasakan hal yang
sama.
Anda mungkin memiliki kebiasaan
tidur yang berbeda dengan pasangan Anda, atau memiliki selera yang berbeda
dalam pengaturan ruang kamar. Tapi itu bukan berarti Anda harus
panik, apalagi sampai memutuskan untuk memiliki kamar tidur masing-masing
di rumah. Oh tidak! Tarik nafas, bicarakan berdua dan lakukan kompromi.
“Dari Jabir, Nabi ‘alaihis shalatu
was salam bersabda, “Sesungguhnya iblis singgasananya berada di atas laut. Dia
mengutus para pasukannya. Setan yang paling dekat kedudukannya adalah yang
paling besar godaannya. Di antara mereka ada yang melapor, ‘Saya telah
melakukan godaan ini.’ Iblis berkomentar, ‘Kamu belum melakukan apa-apa.’
Datang yang lain melaporkan, ‘Saya menggoda seseorang, sehingga ketika saya
meninggalkannya, dia telah bepisah (talak) dengan istrinya.’ Kemudian iblis
mengajaknya untuk duduk di dekatnya dan berkata, ‘Sebaik-baik setan adalah
kamu.'” (HR. Muslim 2813).
Oleh karena itu, jangan biarkan
setan mengganggu hubungan Anda dengan suami Anda hanya karena hal-hal
sepele. Hal ini adalah situasi dimana setan mencoba untuk mengganggu dan
menyebabkan perkelahian, padahal masih bisa diselesaikan dengan diskusi yang
logis dan tenang.
Anda tidak akan dapat mengubah semua
perilaku lama suami Anda, atau memaksakan untuk selalu menemukan landasan yang
sama, karena dia juga berada dalam situasi yang berbeda dengan sebelumnya.
Jadi, Anda berdua harus belajar untuk sama-sama mengerti dan memahami kebiasaan
masing, selama kebiasaan salah satu dari kalian tidak menyebabkan kerugian bagi
yang lain.
Saya pikir salah satu kunci yang
paling penting untuk sebuah pernikahan yang sehat dan bahagia adalah mencoba
untuk memahami perasaan masing-masing. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam memerintahkan kita untuk mengasihi orang lain sebagaimana
yang kita juga ingin dicintai dari orang lain. Cobalah untuk tidak
mengomel, dan cobalah untuk memahami bahwa ketika ia lelah, atau frustrasi, itu
bukan waktu yang tepat untuk mengatakan kepadanya bahwa Anda baru saja
memecahkan microwave, dan perlu yang baru.
Pahami bahwa suami Anda tidak
selamanya selalu berada dalam suasana hati yang baik. Pernikahan tidak
selamanya seperti dalam buku-buku dan novel, ataupun di film-film putri.
Jadi saya minta maaf kalau perkataan saya ini meledakkan gelembung impian Anda
tentang pernikahan. Karena pada kenyataannya pernikahan tidak selalu akan
menjadi pelangi dan kupu-kupu. Anda harus belajar untuk mencintai pasangan Anda
tanpa syarat semata-mata karena Allah, dan saling membantu melewati kehidupan
dunia ini untuk mencapai Jannah-Nya di akhirat kelak. Amin…
* Ditulis oleh Sarah N. Saad, dari
Onislam.net. Sarah N. Saad merupakan Senior di Communication and
Media Arts di American University in Cairo (AUC). Saat ini ia menjabat sebagai
wakil presiden di Help Club, sebuah klub terkemuka dalam bidang pelayanan
masyarakat di AUC. Dia tertarik pada riset media dan periklanan. Dia lahir dan
dibesarkan di Swedia tetapi sekarang tinggal di Mesir.
0 komentar:
Posting Komentar