JAKARTA (Arrahmah.com)
– Gunung Kemukus di Kabupaten Sragen,
Jawa Tengah mendapat sorotan dari dunia internasional dengan maksiat kepada
Allah Ta’ala yakni zina alias pelacuran. Naudzu billah min dzalik.
Media Australia, SBS, membuat
sebuah tayangan investigasi mengejutkan mengenai ritual seks gunung yang kerap
dilakukan warga Jawa di Gunung Kemukus. Dalam program berjudul “Dateline”,
jurnalis Patrick Abboud menggambarkan banyaknya para peziarah yang datang ke
gunung itu untuk berhubungan intim dengan orang asing.
Laman Dailymail, Selasa, 18
November 2014 melansir berdasarkan ritual itu, para peziarah harus datang ke
gunung tersebut setiap 35 hari sekali. Tiap kali berkunjung ke sana, warga
harus melakukan hubungan intim dengan orang asing sebanyak tujuh kali.
Abboud mengatakan para peziarah
melakukan hal tersebut untuk meningkatkan peruntungan dan rezeki.
“Ini merupakan sebuah kisah yang
aneh. Beberapa tahun yang lalu saya pernah membaca mengenai kisah ini dan
berusaha mencari tahu. Butuh waktu yang cukup lama untuk bisa ke sana,” kata
Abboud. Satu hal yang membuatnya terkejut,
ternyata setiap kali ritual tersebut dilakukan, Gunung Kemukus tiba-tiba
dipadati hingga 8.000 orang.
“Sangat sulit dipercaya. Saya
sendiri membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk memahaminya,” ujarnya.
Kalangan yang datang ke sana
beragam. Mulai dari pria yang telah menikah, ibu rumah tangga, pejabat
pemerintah dan bahkan pekerja seks.
Awal mula ritual itu kembali kepada
mitos di abad ke-16.
“Saat itu ada seorang Pangeran
bernama Sumodro yang berselingkuh dengan ibu tirinya sendiri. Mereka kemudian
memutuskan kabur ke gunung tersebut dan berhubungan intim di sana,” tutur
Abboud.
Namun, lanjut dia, di tengah sedang
berhubugan seks, mereka tertangkap, dibunuh dan dikubur. Makam Pangeran Sumudro
inilah yang kerap didatangi para peziarah yang meminta rezeki.
“Dan karena mereka belum
menyelesaikan hubungan intim itu, maka para peziarah itu meyakini jika hubungan
tersebut dilanjutkan, maka keberuntungan akan menghampiri,” kisah Abboud.
Kebanyakan mereka yang datang ke
acara ritual tersebut, berasal dari kalangan petani dan menengah ke bawah.
Mereka melakukan ritual seks itu di motel yang kini menjamur di dekat Gunung
Kemukus.
Abboud menyebut itu merupakan ritual
asli orang Jawa dan tidak terkait dengan agama apa pun yang berkembang di
Indonesia, termasuk Muslim.
Kendati menurut pengajar di
Universitas Gadjah Mada, Koentjoro Soeparno, yang telah meneliti ritual tersebut
selama 30 tahun mengakui hal itu merupakan paradoks dan perbuatan hipokrit.
Sebab, sehari-hari para peziarah ini tetap beribadah. Selain itu, di dekat tempat ritual
tersebut, juga berdiri sebuah masjid. Namun, di samping tempat ibadah, justru
terjadi perselingkuhan.
“Agama Islam melarang perbuatan itu.
Tetapi, mereka tetap melakukan hal tersebut, karena hanya keuntungan yang
dilihat, sehingga pondasi agamanya ditinggalkan,” kata Koentjoro yang turut
dimintai komentarnya oleh Abboud.
Koentjoro turut menyoroti tumbuh
suburnya aksi prostitusi di Gunung Kemukus tiap ritual tersebut tiba. Bagi para
peziarah yang tidak bisa melakukan hubungan intim dengan sesama peziarah
lainnya mereka bisa menggunakan jasa para pekerja seks itu. Abboud mengatakan pemerintah setempat
mengetahui adanya ritual tersebut. Sebab, ada petugas khusus yang diminta untuk
mengawasi ritual itu.
Menurut petugas yang ditemui Abboud,
ritual seks tidak diwajibkan oleh si juru kunci.
“Itu hanya maunya orang itu sendiri.
Para peziarah kan seharusnya kalau datang kemari harus dengan hati dan tubuh
yang bersih,” kata petugas penjaga Gunung Kemukus.
Saking ramainya para peziarah,
pemerintah setempat kemudian mengenakan biaya sebesar Rp10 ribu untuk sekali
berkunjung.
Dengan membiarkan pelacuran di Gunung
Kemukus itu terus berlangsung selama puluhan tahun, pemerintah setempat
nampaknya melestarikan budaya itu untuk kepentingan material yang sangat kecil
sebagai pemasukan pajak dari sektor pariwisata, dengan mengorbankan akhlak
masyarakat.
Sementara media asing memblow up pelacuran ini
untuk menyebarluaskan kemunkaran. Pertanyaannya di mana Ulama dan umat Islam
Sragen? (azm/vivanews/arrahmah.com)Sumber : http://www.arrahmah.com/news/2014/11/20/gunung-kemukus-sragen-populer-di-dunia-dengan-pelacuran.html
2 komentar:
astaghfirullahh :D
NIce post.
astaghfirulloh kok ngguyu -_-
Posting Komentar